Kamis, 19 Maret 2009

Belajar? Kok Jenuh...?

” Semakin banyak ilmu, semakin lapang hidup
Semakin kurang ilmu, semakin sempit hidup”

-Buya Hamka

Kalimat di atas telah menggambarkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Namun, banyak dari kita yang menganggap hal ini begitu sepele. Apa karena kegiatan ini tak menarik? Mereka yang berseragam dan berstatus pelajar ‘malah asyik nongkrong di kafe’. Kata ‘belajar’ sudah tak ingin mereka pikirkan lagi. Cita-cita yang sudah tergambar dalam benak hanya menjadi angan mereka yang tidak didukung dengan usaha utama seorang pelajar yaitu belajar.
Dari beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa banyak siswa belajar karena “mood”. Mereka hanya akan belajar jika mood-nya lagi baik, namun jika tidak mereka akan pergi menghibur diri dengan cara mereka masing-masing, seperti nonton TV atau mendengarkan musik. Mereka tidak pernah sadar bahwa apa yang mereka lakukan hanya akan membuang waktu dengan hal yang sia-sia karena mereka tak mau pikirkan apa yang terjadi dua puluh tahun ke depan. Sebenarnya, mereka sedang terbuai oleh nikmat sesaat yang dihasilkan oleh peningkatan tekhnologi zaman yang kian canggih. Sehingga, mamajemen waktu mereka tidak tertata dengan baik.
Pada fenomena sekarang, ada sebagian siswa yang berpikir bahwa belajar itu hanya dilakukan di sekolah. Hal ini tentu merupakan pandangan yang salah. Bayangkan, berapa waktu yang kita habiskan di sekolah? Tentu, waktunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan waktu kita di rumah dan di luar sekolah. Namun, banyak siswa yang memelihara pandangan ini dalam kehidupannya. Mulailah dari sekarang memikirkan bahwa belajar dapat dilakukan di mana pun kita berada dengan menggunakan media apapun. Jadikan semua orang adalah guru yang dapat memberikan informasi dan alam raya adalah sekolahnya.
“Saya telah berpikir selama bertahun-tahun, 99 kali kesimpulan saya salah, dan baru yang ke-100 yang benar,” kata Albert Einstein. Coba bayangkan! Orang yang mungkin sejenius Albert Einstein dengan tingkat kesabaran yang patut diacungi jempol rela melakukan 99 kali penelitian dengan kesimpulannya. Bandingkan dengan siswa sekarang yang hanya baru melakukan sekali penelitian dan kemudian mendapat kritik dari orang lain, mereka kemudian menjadi kecewa dan putus asa serta tidak berniat lagi untuk melakukan penelitian untuk yang kedua kalinya. Justru itu kita dituntut untuk mengikuti kesabaran Albert Einstein dalam menemukan solusi untuk meraih kesuksesan.
Lain halnya dengan Henri Ford yang berkata,” Berpikir merupakan pekerjaan yang paling berat, mungkin itulah sebabnya mengapa hanya sedikit orang yang menyenanginya.” Hal ini benar karena dengan memikirkan sesuatu orang membutuhkan waktu yang lama dalam proses pemikirannya. Begitu pula dengan kata Abu Bakar Al-Khuwarizm bahwa yang menyengsarakan orang dewasa bukanlah harapannya, melainkan pikirannya.
Mitos-mitos yang sekarang berkembang adalah bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh IQ ‘jongkok’. Pendapat itu justru keliru karena kesulitan itu tidak punya ‘mata’ yang dapat membedakan siswa yang jenius dan yang biasa-biasa saja. Jadi, kita seorang pelajar tidak perlu memercayai dengan mitos ini karena justru hal inilah yang dapat menimbulkan pikiran-pikiran negative dalam proses belajar ini.
Jadi, tingkat kejenuhan siswa dalam belajar dapat dikurangi dengan cara berusaha menikmati proses berpikir tersebut dan belajar dengan mencari cara-cara baru dalam proses belajar yang lebih asyik dan lebih menyenangkan. Kita bisa membuat proses belajar kita jadi berkesan dan menyenangkan dengan cara kita sendiri. Belajarlah karena ingin mengembangkan dan melejitkan potensi diri untuk meraih kesuksesan, sehingga ilmu yang kita peroleh pun akan melejit. Sejak awal belajar, tanamkan dalam diri Anda bahwa belajar itu mudah dan IQ Anda mampu mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, buanglah pikiran-pikiran negative tentang diri Anda!
NHURUL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar